Selasa, 20 Juli 2010

Pada Pagi


Bertahun lalu, saat bunga-bunga masih bermekaran di kota ini, aku menemukan cinta di teduh matamu. Ia datang seperti mimpi, bersenandung hening pada segar angin pagi.


Saat itu, bermandikan dian dini matahari, berselimut elok wangi surgawi, perhentianku bagai menyentuh mimpi – bahagia aku kecap sepenggal jarak, pada tertuntas renjana jiwa. Dan engkau merangkum pagi selaik senyuman, memandang binar pengharapan bahwa sesungguhnya, debu-debu tersibak cengkerama, melerai air mata jelma mutiara.

Pun pada sekilas rahasia, mata terbuka.

Lihat, Kekasih! Di antara pucuk-pucuk daunan, tertulis pesan sedarhana. Pada pertemuan. Pada ranah peristirahatan. Seperti catatan purba semesta, telah diramalkan bintang
: cinta kita

Kini, tatkala angin menanjak tinggi – tersipu aurora pandang matamu, aku merapal waktu kembali, mencari elok semi di penghujung sua. Semoga kebersamaan kita jelma doa, pada segaris bahagia, pada sekecup perjalanan. Dan di sanalah pusara cinta mengaburkan keragu-raguan.

Rafael Yanuar (21 Juli 2010)